PERCERAIAN DALAM KELUARGA KRISTEN DAN PERKAWINAN LAGI DITINJAU DARI MATIUS 19 DAN PENCEGAHANNYA
DOI:
https://doi.org/10.48125/jtb.v6i1.70Cuvinte cheie:
Perceraian, Keluarga, Dampak, Perzinahan, Perkawinan UlangRezumat
Banyaknya kasus perceraian, menyebabkan citra kekristenan tidak bisa menunjukan tugasnya sebagai terang dan garam dunia. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi kwalitataif dengan studi literatur (kepustakaan). Dalam kajian Alkitab Matius 19, dinyatakan larangan perceraian, diijinkan bercerai jika terjadi perzinahan. Kasus perceraian membuat kehidupan iman Kristen tidak bisa menjadi teladan. Dalam nasehatnya Paulus menekankan bahwa latihan badani itu sangat penting amun terbatas manfaatnya, namun latihan rohani tidak terbatas (ayat 7) berguna untuk hidup didunia saat ini tetapi juga ketika kita meninggal dunia. Kata (eusebeian) artinya kesalehan itu berguna saat ini tetapi juga masa depan.[1]
Setelah dalam sebuah kajian dimaksudkan bahwa perceraian diijinkan karena terjadinya dosa dalam keluarga, maka dibutuhkan penyelesaian dari konflik tersebut. Mengingat begitu besar dampak dari perceraian maka perlu strategi penyelesaian dan pencegahan dalam keluarga kristiani.
[1] https://jurnal.stt-biblika.ac.id/index.php/jtb/article/view/21/15